Aku sudah menceritakan tentang
ketiga sahabatku kan? Itu Hamzah,Kyu, dan Bahri. Yah, mereka sahabat terbaikku
selama ini. Kalau aku tulis semua kenangan yang telah aku lewati mungkin akan
terasa sangat panjang. Tapi, taukah kalian walaupun kami kompak seperti ini
kami juga pernah mengalami sebuah perselisihan, persahabatan tanpa perselisihan
seperti menggoreng telur tanpa garam. Yah, perselisihan yang masih jelas aku
ingat ketika aku berselisih dengan Bahri. Aku lupa kenapa kami berselisih tapi
perselisihan itu tak sampai 1 Hari. Pada saat itu kami saling memaki satu sama
lain bung. Rasanya sakit bung, tapi karena perselisihan ini lah kita bisa
tambah akrab. Karena dalam setiap perselisihan kita saling mengenal karakter
dari sahabat kita bung. Sampai saat ini kami sudah tahu masing-masing sifat
baik dan buruk diantara kami brempat.
Tapi, bukan itu yang aku mau
ceritakan. Aku ingin bercerita tentang sahabatku yang lain, dia seorang cewek
kita sudah lumayan dekat dalam artian sahabat karena aku sama sekali tak
menaruh perasaan sama doi. Ini adalah sebuah kesalahanku yang paling fatal
seumur hidup dan mungkin aku ga ingin mengulanginya lagi. Aku ga akan sebutkan
namanya karena kalau dia melihat blog ini pasti dia akan marah besar.
Oke, semuanya berawal dari SMTI.
Dia itu adalah pacar dari kakaknya sahabatku, pada saat itu aku hanya ikutan
saja kumpul-kumpul, ya sekedar seru-seruan lah. Kami pertmanya cuman
ejek-ejekan lewat sms. Dia sering memanggilku “gendut” pada waktu itu dan aku
balas dengan kata “gemuk” ya singkatnya kami sering bercandaan bersama lah.
Selama di SMTI kami tak pernah
bertengkar sama sekali, dia sering curhat soal pacar, adik, bahkan hal-hal yang
pribadi pun dia curhat karena mungkin dia sudah percaya sama aku. Waktu terus
berlalu hingga akhirnya kita semua lulus SMK. Aku pada waktu itu tidak berfikir
untuk kuliah tapi aku langsung bekerja sedangkan dia, dia masih bingung
menentukannya.
Sudah hamper 3 bulan aku bekerja
tepatnya di Tangerang, dan dia belum dapat pekerjaan dan waktu itu dia bertanya
sama aku kalau di tempat kerjaku ada lowongan atau tidak. Mau tak mau aku
bertanya langsung kepada Atasanku dan singkat cerita dia bisa bekerja di tempat
aku beerja.
Tapi, disini masalah mulai
muncul. Keegoisanku dan kesombonganku tak bisa dibendung lagi. Aku iri terhadap
dia yang mendapat pekerjaan yang lebih layak dibandingkan aku, aku merasa
sombong karena aku yang membantu dia mendapat pekerjaan. Tapi, saat itu masih
belum terlalu terlihat kami masih normal-normal saja. Aku bahkan rela
berepot-repot ria demi sahabatku ini. Dan teman satu kontrakanku samapi berkata
“Yang butuh dia kok kamu malah jadi repot sendiri?”. Entah makhluk apa yang
merasuk tapi aku juga santai aja repot kesana kemari demi dia.
Tapi, saat aku sudah mulai jenuh
dan pikiranku kacau disitulah aku mulai menunjukan sifat asliku. Aku mulai
mencaci dan memaki, menghujat dan menghina. Pikiranku tak karuan banyak sekali
yang menjadi beban ini. Akhirnya, dia sakit hati dan memutuskan untuk tidak
berteman lagi denganku dan juga tak ingin untuk berkomunikasi denganku. Aku
paham ini semua salahku tapi setiap kata maafku entah dia terima atau tidak. Aku
bahkan sangat menyesal soal semua ini. Tapi, entah bagaimana kita sekarang
bertemu lagi di kampus yang sama dan jurusan yang sama, kita cuman saling diam
dan bagaikan kita tidak pernah kenal satu sama lain ini sangat menyedihkan. Aku
cuman berharap suatu saat kami bisa baikan lagi seperti dulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar