Jumat, 20 September 2013

PERSAHABATAN DAN PERSELISIHAN

Aku sudah menceritakan tentang ketiga sahabatku kan? Itu Hamzah,Kyu, dan Bahri. Yah, mereka sahabat terbaikku selama ini. Kalau aku tulis semua kenangan yang telah aku lewati mungkin akan terasa sangat panjang. Tapi, taukah kalian walaupun kami kompak seperti ini kami juga pernah mengalami sebuah perselisihan, persahabatan tanpa perselisihan seperti menggoreng telur tanpa garam. Yah, perselisihan yang masih jelas aku ingat ketika aku berselisih dengan Bahri. Aku lupa kenapa kami berselisih tapi perselisihan itu tak sampai 1 Hari. Pada saat itu kami saling memaki satu sama lain bung. Rasanya sakit bung, tapi karena perselisihan ini lah kita bisa tambah akrab. Karena dalam setiap perselisihan kita saling mengenal karakter dari sahabat kita bung. Sampai saat ini kami sudah tahu masing-masing sifat baik dan buruk diantara kami brempat.

Tapi, bukan itu yang aku mau ceritakan. Aku ingin bercerita tentang sahabatku yang lain, dia seorang cewek kita sudah lumayan dekat dalam artian sahabat karena aku sama sekali tak menaruh perasaan sama doi. Ini adalah sebuah kesalahanku yang paling fatal seumur hidup dan mungkin aku ga ingin mengulanginya lagi. Aku ga akan sebutkan namanya karena kalau dia melihat blog ini pasti dia akan marah besar.
Oke, semuanya berawal dari SMTI. Dia itu adalah pacar dari kakaknya sahabatku, pada saat itu aku hanya ikutan saja kumpul-kumpul, ya sekedar seru-seruan lah. Kami pertmanya cuman ejek-ejekan lewat sms. Dia sering memanggilku “gendut” pada waktu itu dan aku balas dengan kata “gemuk” ya singkatnya kami sering bercandaan bersama lah.

Selama di SMTI kami tak pernah bertengkar sama sekali, dia sering curhat soal pacar, adik, bahkan hal-hal yang pribadi pun dia curhat karena mungkin dia sudah percaya sama aku. Waktu terus berlalu hingga akhirnya kita semua lulus SMK. Aku pada waktu itu tidak berfikir untuk kuliah tapi aku langsung bekerja sedangkan dia, dia masih bingung menentukannya.

Sudah hamper 3 bulan aku bekerja tepatnya di Tangerang, dan dia belum dapat pekerjaan dan waktu itu dia bertanya sama aku kalau di tempat kerjaku ada lowongan atau tidak. Mau tak mau aku bertanya langsung kepada Atasanku dan singkat cerita dia bisa bekerja di tempat aku beerja.

Tapi, disini masalah mulai muncul. Keegoisanku dan kesombonganku tak bisa dibendung lagi. Aku iri terhadap dia yang mendapat pekerjaan yang lebih layak dibandingkan aku, aku merasa sombong karena aku yang membantu dia mendapat pekerjaan. Tapi, saat itu masih belum terlalu terlihat kami masih normal-normal saja. Aku bahkan rela berepot-repot ria demi sahabatku ini. Dan teman satu kontrakanku samapi berkata “Yang butuh dia kok kamu malah jadi repot sendiri?”. Entah makhluk apa yang merasuk tapi aku juga santai aja repot kesana kemari demi dia.


Tapi, saat aku sudah mulai jenuh dan pikiranku kacau disitulah aku mulai menunjukan sifat asliku. Aku mulai mencaci dan memaki, menghujat dan menghina. Pikiranku tak karuan banyak sekali yang menjadi beban ini. Akhirnya, dia sakit hati dan memutuskan untuk tidak berteman lagi denganku dan juga tak ingin untuk berkomunikasi denganku. Aku paham ini semua salahku tapi setiap kata maafku entah dia terima atau tidak. Aku bahkan sangat menyesal soal semua ini. Tapi, entah bagaimana kita sekarang bertemu lagi di kampus yang sama dan jurusan yang sama, kita cuman saling diam dan bagaikan kita tidak pernah kenal satu sama lain ini sangat menyedihkan. Aku cuman berharap suatu saat kami bisa baikan lagi seperti dulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar